Hampir Padam
Malam teramat larut sayang,
Api di tungku kita sudah hampir padam
Persediaan padi kita tinggal segenggam
Sudikah kau dengarkan aku berkeluh kesah?
Diam sejenak di peluk ku,
Lupakan sejenak kemelaratanmu di tanah nenek moyangmu.
Kisah ini singkat, tapi menyisakan goresan luka yang amat panjang.
Hari itu, tahun pertama dalam abad ini
Dewi bumi melahirkanmu.
Dari tanah yang cantik, namun di sini hari ini kau tercekik
Terbentang luas kamar kesenianmu, kini ternak dan tanamanmu kehilangan kanvasnya.
Rumahmu dipagari anggun pesisir dari sisi manapun, yang hari ini tak dapat kau jamah karena telah diprivatisasi.
Harum bunga dan rerumputan liar,
Riuh nyanyian burung dan serangga.
Makin samar-samar masuk menyentuh indramu.
Elok pesona negeri tempat ari-arimu ditanam, dicabik bangunan modern yang menyokong lumbung orang asing.
Kau telah memiliki segala sayang di tanah ini,
Namun kalap atas nafsu membabi buta pada kebutuhan-kebutuhan baru yang kau ciptakan sejak matamu disuguhi fata morgana.
Kemudian kau tukar pusakamu, kau gadai darahmu.
Tuk penuhi hasratmu.
Kali ini aku memohon padamu,
Jangan kau usik tempat-tempat suci ritual sakral kita.
Jangan sampai, lagi kau jual janin berharga dalam kandungan ibumu di bawah puncak tertinggi tanah ini.
Maloba, Juli 2021
Komentar
Posting Komentar