Review Buku : Dunia Anna
Anna Nyrud adalah seorang anak berusia 16 tahun yang memiliki kepekaan yang tinggi akan alam semesta. Dalam dunia paralel Anna yang hidup pada tahun 2012 terhubung dengan cicitnya Nova yang hidup pada tahun 2082. Baik Anna maupun Nova memiliki keresahan akan keberlangsungan keadaan bumi di masa depan. Berada di dalam tubuh Nova serta di dalam tubuhnya sendiri dalam periode waktu yang berbeda membuat Anna menyaksikan perbedaan kontras yang amat jauh dalam ekosistem, perkembangan teknologi, hingga kondisi manusia dan mahkluk hidup lain. Di tahun 2082, Anna menyaksikan orang-orang yang menebang pohon dengan kapak karena kehabisan minyak bumi, migrasi bangsa Timur Tengah menggunakan unta yang tanah airnya tenggelam akibat meningkatnya air laut, penyerbukan tumbuh-tumbuhan menggunakan tenaga manusia akibat punahnya polinator, ragam biodiversitas hayati dan hewani yang hanya tersisa dalam film dokumenter, sebagian negara-negara yang berada di bawah air laut atau terkubur pasir, lenyapnya terumbu karang dan biota laut karena tingginya kadar asam di air laut, cuaca ekstrem yang berkepanjangan, hingga makanan sintesis tinggi gizi menjadi makanan sehari-hari dikarenakan minimnya sumberdaya yang membuat cucunya tak bisa menikmati daging, makanan laut dan kelimpahan hasil alam seperti saat ini. Serta melihat kemarahan cucunya yang mengutuki warisan kerusakan bumi yang ditinggalkan, serta pemborosan energi dan sumberdaya yang menyisakan kehancuran.
Nova memiliki nenek buyut bernama Anna Nyrud yang ia panggil Olla, sebagai pecinta binatang Nova sering menonton film dokumentasi kehidupan satwa pada masa lampau ketika satwa-satwa masih menduduki bumi. Melalui gadgetnya Nova dapat menjelajahi berbagai belahan bumi yang sebagiannya telah tenggelam oleh pasir yang menyisakan ujung-ujung menara atau tenggelam oleh air laut yang menjadi kota bawah air. Melalui gadgetnya pula Nova yang mengaktifkan aplikasi pemantauan kepunahan satwa, hampir setiap hari mendapat notifikasi tentang kematian spesies terakhir suatu satwa. Dan pada suatu hari, Nova menemukan blog yang berisi surat dari nenek buyutnya untuk dirinya, yang menimbulkan beragam pertanyaan bagi Nova. Tak hanya surat misterius, Olla mewariskan cincin Aladdin yang ajaib untuk Nova yang mampu mengembalikan segala yang telah hilang, yang sekali lagi menjadi pertanyaan bagi Nova dan bagi pembaca.
Kehadiran manusia di alam semesta memiliki andil yang amat besar dalam berbagai perubahan penampakan bumi. Terhitung sejak dimulainya revolusi industri, perkembangan teknologi dan laju globalisasi makin tinggi. Kebutuhan akan lahan untuk industri, perumahan, hingga pusat perbelanjaan terus meningkat dan memunculkan dilema antara ekonomi dan ekologi. Hutan yang menjadi rumah bagi ragam organisme mikro hingga berukuran raksasa, kian terancam keberlangsungannya. Kebutuhan dan keinginan untuk menguasai sumberdaya berupa hasil hutan dan kandungan bumi yang menggiurkan memicu sikap individualisme dan keserakahan manusia.
Pelepasan karbon di atmosfer makin meningkat akibat pembakaran minyak, batu bara, dan gas serta penebangan pohon yang intensif. Kelebihan karbon di atmosfer memiliki konsekuensi terhadap perubahan iklim global. Perubahan iklim kemudian memicu berbagai problematika baru seperti peningkatan suhu bumi akibat efek rumah kaca, penipisan lapisan ozon yang dapat menjadi pemicu kanker pada manusia hingga penyakit pada organisme lain, mencairnya es di kutub, hingga kemunculan penyakit hingga pandemi baru yang beragam.
Tak hanya pelepasan karbon, limbah dan sampah yang dihasilkan dari berbagai proses industri, pertambangan, hingga keseharian manusia turut menjadi ancaman bagi masa depan bumi. Tak sedikit kematian satwa diakibatkan keracunan limbah-limbah yang dibuang manusia, tak sedikit perairan, tanah, bahkan udara menjadi tercemar, disertai jumlah limbah dan sampah yang terus bertambah dari waktu ke waktu dengan minim solusi dan kesadaran.
Di dalam novel dunia Anna, Gaarder mengingatkan filosofis dari esensi dan eksistensi keberadaan manusia di alam semesta. Bahwa, manusia bukan individu tunggal yang memiliki bumi, tetapi di dalamnya terdapat mahkluk hidup lain yang memiliki hak yang sama di bumi. Bahwa bumi bukan hanya milik generasi saat ini, tetapi diwariskan secara vertikal turun-temurun dari berbagai periode waktu dan menjadi titipan bagi generasi mendatang. Sifat antroposentris yang menempatkan manusia sebagai pemilik dan pemegang kendali dari bumi harusalah diganti dengan sikap geosentris yang menempatkan manusia sebagai bagian dari alam semesta sama halnya dengan organisme lain seperti mikroba, satwa, dan tumbuhan yang menempati bumi. Ketidakacuan terhadap segala macam kerusakan yang sedang bahkan yang mungkin terjadi kemudian, yang kelak akan menyisakan kehancuran dan problematika yang lebih besar terhadap generasi mendatang. Semua individu harus peduli akan eksistensinya di dalam semesta.
“Kita tidak boleh mewarisi bumi yang lebih buruk daripada saat kita tinggali.”
-Jostein Gaarder
Judul buku : Dunia Anna
Penulis : Jostein Gaarder
Jumlah halaman : 244
Penerbit : Mizan
Komentar
Posting Komentar