Andil Hutan dibalik Covid-19
Berbagai permasalahan yang dialami bumi tidak bisa dianggap sederhana dan sepele, seperti pemanasan global, menipisnya lapisan ozon, serta membludaknya jumlah limbah. Jika ditarik sebuah garis, maka akan ditemukan sangkut paut permasalahan yang kita sebabkan dengan masalah lain sebagai akibat dari masalah tersebut. Misalnya terganggunya keseimbangan ekosistem yang menyebabkan masuknya binatang liar ke pemukiman atau peningakatan tak terkendali populasi spesies tertentu. Adapun menurut data IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) antara tahun 1979 dan 2018, pencairan es di laut Kutub Utara mencapai 12,8% setiap dekade, mencairnya es di kutub hingga terjadinya kenaikan permukaan air laut yang menyebabkan beberapa wilayah terancam akan tenggelam, di samping itu memungkinkan kemunculan virus lama yang telah inaktif di dalam es yang tak terjamah berabad-abad akan dapat menginfeksi satwa di kutub bahkan manusia. Selain itu akibat hutan sebagai habitat berbagai flora dan fauna dirusak oleh manusia, memungkinkan virus yang sebelum menjadikan hewan sebagai inangnya akan bermutasi dan berpindah ke manusia. Pemanasan global yang disebabkan manusia dapat menyebabkan terganggunya bahkan kematian pada suatu organisme yang akan mempengaruhi rantai makanan, kemudian konversi hutan menjadi pemukiman atau pertambangan menyebabkan habitat satwa berkurang akibat eksploitasi manusia ini memaksa satwa mengonsumsi spesies yang bukan makanan seharusnya, hingga berinteraksi di luar habitat aslinya yang memungkinkan penyebaran dan mutasi virus antar spesies bahkan ke manusia. Berikut akibat keserakahan memburu satwa liar di habitatnya, akan menjadi mata rantai dalam penyebaran virus tersebut. Tak sedikit virus yang berasal dari hewan seperti mers, flu burung, flu babi, termasuk Covid-19 yang diduga berasal dari kelelawar dan trenggiling.
Kelestarian hutan dapat dibilang menjadi kunci dari permasalahan ini. Jika diuraikan tak sedikit permasalahan yang terjadi di bumi sebagai dampak dari eksploitasi dan pengrusakan hutan oleh manusia. Dimisalkan hutan dalam keadaan lestari dan dalam bentangan yang cukup luas, kualitas udara dan oksigen tentu akan sangat baik hal ini berdampak baik bagi pernapasan manusia maupun satwa lain. Penyerapan karbon akan lebih baik, dan akan makin baik lagi jika manusia mampu mengurangi produksi karbon. Dengan karbon yang tidak berlebihan, lapisan ozon tidak mengalami pengikisan sehingga radiasi surya dapat diuraikan dan panas yang di hasilkan akan berkurang, lapisan ozon menyerap sinar ultraviolet B yang berbahaya karena dapat menyebabkan kanker kulit pada manusia. Minimnya karbon akan mengurangi kemungkinan terbentuknya gas rumah kaca sehingga panas bumi tidak akan dipantulkan kembali ke dalam bumi. Hal ini menyelamatkan es di daerah kutub, air laut dari kenaikannya, serta spesies tertentu yang terdampak akibat peningkatan suhu bumi ini.
Hutan menyimpan kekayaan yang akan memberi keuntungan jika ‘dikelola’ dengan bertanggung jawab, sebaliknya akan berdampak buruk jika ‘dimanfaatkan’ dengan serakah. Alam semesta memiliki keterkaitan satu sama lain, apa yang kita berikan itu pula yang kita dapatkan, jika kita membagikan kebaikan pada alam maka yang kita terima juga kebaikan. Kiranya dengan pandemi ini manusia menjadi lebih peka dan bijak dalam memperlakukan alam.
(salam sayang dari penulis dan dari hutan buat pembaca yang budiman)
Komentar
Posting Komentar