Setelah Corona Selesai



Terhitung hingga pertengahan Mei 2020 kurang lebih hampir 2 bulan aktivitas di luar rumah di Indonesia dibatasi. Sekolah, universitas, perusahaan, hingga kantor-kantor instansi pemerintah banyak yang divakumkan. Istilah work from home serta study from home sering digaungkan, tak hanya itu physical distancing hingga Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) turut diberlakukan. Transportasi umum pun sempat dihentikan beroperasi. Hal-hal ini dilakukan guna pengendalian penyebaran Covid-19. Virus yang penyebarannya berasal dari Wuhan, China ini menyerang system pernapasan dengan penyebaran yang cukup cepat. Tak sedikit korban yang berjatuhan baik di Indonesia sendiri, maupun di berbagai belahan bumi lainnya. Akibat hal ini banyak pihak yang amat merasakan dampaknya seperti para pekerja harian, pelaku usaha pada bidang pariwisata dan kuliner, serta profesi yang menuntut adanya interaksi antar pihak yang bersangkutan. 
Namun, tak adil rasanya jika kita hanya melihat dari dampak negatifnya saja. Akibat rehat manusia dari aktivitas sehari hari banyak tempat umum ditutup, tempat wisata, pabrik, perusahaan, unit pendidikan, hingga tempat ibadah. Jalanan yang biasanya hiruk pikuk menjadi senggang, lokasi yang biasanya padat oleh manusia menjadi sepi, bumi yang biasanya ramai oleh riuh campuran berbagai suara menjadi hening. Pengurangan aktivitas manusia, berpengaruh terhadap pengurangan emisi gas buangan yang dihasilkan. Akibatnya bumi dikabarkan membaik. Langit menjadi lebih cerah, suhu tidak setinggi biasanya, lapisan ozon mulai pulih, serta atmosfer menjadi lebih sehat. Hal ini banyak diberitakan menjadi suatu kabar baik dan penghiburan di  tengah pandemi ini.

Akibat virus ini perekonomian melemah serta banyak aktivitas tertunda. Jika pandemi ini berakhir, tentunya dilakukan upaya besar-besaran perbaikan ekonomi dan segala hal yang sempat ‘rusak’ akibat pandemi ini. Pabrik dan industri akan di push untuk menutup kerugian, aktivitas transportasi akan lebih banyak beroperasi, manusia harus bekerja lebih ekstra guna menutup bagian-bagian yang tak diisi selama di rumah. Bukan tidak mungkin hal ini menimbulkan emisi yang besar bahkan lebih besar dari sebelumnya. Bumi yang katanya membaik bahkan dapat lebih parah lagi dari sebelumnya, langit yang membiru akan lebih pekat oleh polusi, suhu akan meningkat, lapisan ozon kembali terkikis, dan atmosfer menjadi sakit kembali bahkan mungkin lebih sakit lagi dari sebelumnya. 

Jadi bagaimana rencana anda setelah pandemi berakhir? Apa punya rencana travelling? Apa ingin mengadakan perayaan? Apa ingin sekedar berkeliling menikmati jalanan di atas kendaraan anda?

Jika hari depan kita merusak bumi lagi, apa pulihnya bumi hari lalu cuma sekedar prank dari manusia?

Saat ini kita barangkali hidup dalam kecemasan, keraguan, bahkan mungkin ketakutan, atau juga dalam duka. Kita dapat berandai jika bumi memiliki perasaan seperti manusia mungkin akan ada cemas yang dirasakan akibat terbakar oleh pemanasan global, ragu apakah dapat bertahan lebih lama akibat kerusakan dan eksploitasi serakah yang disebabkan manusia, takut akan sampah dan gas buangan oleh manusia yang seakan tak dapat henti, dan duka akibat kehilangan bahkan kepunahan spesies flora dan fauna miliknya. (cws)

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi : The Psychology of Money

Aksa

Resume : The Psychology of Money