Menerka Bumi di Masa Depan

Apa yang terjadi jika suatu hari tidak tersedia lagi minyak bumi? Apa yang kita lakukan misalkan esok atau minggu depan tak ada bensin, solar, gas, minyak tanah atau apapun? Bagaimana dengan kita jika bulan depan mesin diesel PLN tak lagi menghasilkan lisrik? Mari coba berkhayal jika anak dan cucu kita kehabisan energi fosil dengan waktu yang bersamaan kita mewariskan kerusakan bumi pada mereka. 

Harus kita akui dan sadari bahwa kemampuan energi listrik dan bahan bakar amat terbatas. Peningkatan aktivitas manusia dengan penambahan daerah pemukiman, perkantoran, pusat perbelanjaan, industri, hingga lahan parkir secara langsung akan meningkatkan permintaan pasokan listrik dan bahan bakar. Digitalisasi dan modernisasi dengan pemanfaatan teknologi dewasa ini tidak bisa terlepas dari kebutuhan energi. Keterbatasan energi ini tidak dapat mengimbangi kebutuhan konsumsi. Dan dalam lapangan untuk menanggulangi keterbatasan ini diakali dengan pemadaman listrik bergilir, pembatasan pemasokan bbm, peralihan kompor minyak tanah ke gas, hingga pendistribusian yang tidak merata yang diberatkan pada daerah perkotaan. Hingga hari ini pun tak seluruh daerah dijangkau oleh pasokan listrik dan bahan bakar, bukan sekedar  dongeng 1001 malam ini adalah kenyataan. Okay, kita agak melenceng dulu saat ini. Hingga Kamis, 21 Mei 2020 pukul 10:19 saat tulisan ini dibuat kira-kira seratusan km dari tempat ini, ada wilayah yang hingga abad millenium dengan gaya hidup milenial dan 75 tahun sejak Indonesia merdeka belum terjangkau listrik ataupun bahan bakar fosil (FYI : saat ini penulis berada di Sumba,NTT). Tak sedikit orang yang saat ini hidup dalam kenyamanan dengan adanya energi listrik dan bakar bakar saat ini (termasuk penulis) menggunakannya dengan boros dan tidak bertanggung jawab. Di lain sisi menutup mata dan telinga pada kenyataan bahwa energi yang kita gunakan terbatas jumlahnya, bahwa di daerah lain yang masih sebahasa dengan kita diharuskan ‘mengalah’ untuk tidak menikmati energi tersebut.

Bicara soal listrik dan bakar tak semerta-merta bicara soal biaya dan kemampuan membayar tagihan. Mesin pembangkit listrik sebagian besar menggunakan bahan bakar fosil. Pembakaran ini menyebabkan pemanasan global, yang akan menyebabkan kenaikan suhu bumi secara global, mencairnya es di kutub, hingga terancam tenggelamnya pulau-pulau yang rendah akibat kenaikan air laut. Lebih spesifik lagi jika listrik digunakan untuk mesin pendingin seperti AC (Air conditioner) dan kulkas dari mesin tersebut dilepaskan CFC (chloro flouro carbon) atau Freon yang mengikat ozon di atmosfer. Ozon sendiri berfungsi mengurai sinar UV yang jika masuk ke bumi akan berbahaya karena dapat menimbulkan penyakit katarak, kanker kulit, hingga merusak tanaman tertentu. Selain itu penggunaan bahan bakar untuk berkendara akan melepas karbon yang tak hanya mencemari udara tetapi menumpuk di atmosfer membentuk efek rumah kaca yang akan memantulkan panas dari bumi kembali pada bumi sehingga suhu bumi bertambah.

Jika keadaan ini terus berlanjut, di masa depan keturunan kita bukan hanya tak dapat merasakan energi fosil tetapi mendapat warisan kerusakan bumi sebagai akibat dari keborosan kita saat ini. Bukan tak mungkin mereka mengalami berbagai krisis akibat kerusakan bumi seperti krisis iklim, krisis udara bersih dan krisis air yang saat ini kita nikmati dengan melimpah-limpah.

Hemat dalam penggunaan energi baik listrik maupun bahan bakar tak sekedar menghemat biaya, ada banyak kontribusi yang secara tidak langsung diberikan.

Sayangi bumi, sebagaimana bumi menyayangi kita dengan oksigen, air, dan kenyamanan yang kita dapatkan dengan cuma-cuma. For free.  


(pict : milik pribadi)

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi : The Psychology of Money

Aksa

Resume : The Psychology of Money